Banda Aceh – Bappeda Kota Banda Aceh, pada Rabu (29/05/2019), telah mengadakan FGD (Focus Group Discussion) untuk pembahasan draft dokumen dan penyusunan rekomendasi strategi mitigasi bencana tsunami dan banjir rob di Banda Aceh. Kegiatan ini dilaksanakan untuk merumuskan konsep dan merekomendasikan perencanaan mitigasi bencana tsunami dan banjir rob yang diamplifikasi oleh kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan oleh Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala terhadap potensi dampak bencana pesisir di Kota Banda Aceh sejak 2016. Penelitian tersebut dilaksanakan sebagai bagian dari riset Partnership Enhanced Engagement in Research (PEER) Cycle 5 dengan judul “Incorporating climate change induced sea level rise information into coastal cities’ preparedness toward coastal hazards”.
Hasil kajian telah menghasilkan beberapa prediksi dampak kenaikan muka air laut terhadap kawasan pesisir di kota Banda Aceh berdasarkan data dan model numerik pada 5 dekade dan seabad mendatang. Hampir 3 % dari total luas Kota Banda Aceh akan terendam pada 50 tahun yang akan datang, dan meningkat menjadi 11% pada jangka waktu 100 tahun jika tidak ada solusi pengembangan yang tepat pada kawasan pesisir Kota Banda Aceh.
Kegiatan yang mengambil tempat di aula Bappeda ini dibuka langsung oleh Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Bappeda Kota Banda Aceh, Ir. Irwan, dan diikuti oleh SKPD-SKPD terkait seperti DLHK3, Dispar, BMKG stasiun Mata Ie, dll. Selain itu turut pula diundang sejumlah lembaga non pemerintah seperti Panglima Laot, LSM International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS), Aceh Climate Change Initiative, dll.